Wisata halal menjadi sebuah ide menarik dalam meningkatkan angka kunjungan wisatawan muslim ke destinasi wisata di daerah mayoritas non muslim.

Di era baru pengembangan bisnis pariwisata di dunia, ditemukan sebuah jawaban mengapa destinasi wisata di daerah yang diduduki oleh mayoritas masyarakat non-muslim sepi dari wisatawan yang beragama Islam, padahal pasar itu sangat besar bila dilihat dari peluang bisnisnya. Jawaban pasti untuk masalah ini adalah bahwa selama ini di destinasi wisata yang berpenduduk non-muslim tidak tersedia pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan muslim, salah satunya adalah masalah kesulitan menemukan makanan halal dan fasilitas untuk beribadah seperti mesjid, perlengkapan sholat dan sajadah di hotel.

Belakangan ini beberapa negara di dunia berhasill mendongkrak angka kunjungan wisatawan muslim setelah melakukan upaya memenuhi kebutuhan mereka melalui penyediaan tempat makan yang menyediakan masakan bersertifikat halal dan fasilitas untuk peribadatan. Mereka adalah negara-negara yang mayoritas beragama non muslim seperti Jepang, Korea, Cina, Kamboja, Vietnam dan lain-lain.

Di Sumatera Utara minggu lalu telah terjadi keributan khususnya di media sosial dan surat kabar yang dipicu oleh statemen Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi yang berencana untuk menerapkan wisata halal di Danau Toba. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan yang datang untuk membeli paket wisata danau toba.

Sangat disayangkan karena respon masyarakat yang terkesan emosional dalam menyikapi ide ini tanpa mengkaji secara mendalam. Tidak tanggung-tanggung, Bupati Samosir menyatakan menolak ide implementasi wisata halal di Pulau Samosir. Bila demikian, bagaimana paket tour danau toba akan meningkat bila disikapi secara tidak bijaksana.

Sesungguhnya wisata halal bukanlah serangan terhadap mereka yang berbeda agama. Mereka tidak akan terpinggirkan. Justru mereka lah yang akan menjadi subjek di dalam penerapan itu. Yang dibutuhkan hanya sikap dari para pelaku yang siap mengakomodir kebutuhan wisatawan muslim agar mereka nyaman menikmati wisata di Danau Toba.

Kita berharap semoga ke depan Danau Toba tidak hanya membangun infrastruktur dan aturan main saja, melainkan harus diikuti oleh pembangunan mental yang siap untuk menerima ide-ide cemerlang yang telah terbukti berhasil di negara lain tanpa berefek buruk terhadap kearifan lokal. Selain itu, di tengah kesulitan mendatangkan wisatawan lokal untuk tour ke danau toba, sudah seharusnya kita melirik pasar baru yang akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke danau toba di masa mendatang.